Selasa, Juni 25

Pengertian Bidan Menurut IBI, ICM Serta WHO


Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional atau Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia. Definisi bidan' menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Pengertian Bidan Menurut WHO, IBI, ICM adalah sebagai berikut :

Pengertian bidan menurut ICM (International Confederation Of Midwives)
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi)untuk melakukan praktik kebidanan.

Pengertian bidan menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,sertifikasi dan atau secarah sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan .

Pengertian bidan menurut WHO
 Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

Sumber: SJ

Minggu, Juni 16

Cari Tahu lebih banyak Penyakit Panu (Tinea Versicolor)


Panu atau tinea versicolor disebabkan oleh infeksi jamur Malazessia furfur yang berkembang biak secara aktif di permukaan kulit. Berikut Ulasan lengkap tentang tugasku dalam materi Tinea Versicolor aku tuangkan dalam personal blog bidanendah.blogspot.com



BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Panu yang dalam bahasa kedokteran disebut dengan Tinea Versicolor merupakan jenis penyakit kulit yang ditandai dengan bercak putih dan gatal jika terkena keringat. Penyakit ini mudah sekali menular, baik secara langsung melalui sentuhan kulit penderita yang terkena panu atau melalui barang-barang yang dipakai oleh penderita.
Panu atau tinea versicolor disebabkan oleh infeksi jamur Malazessia furfur yang berkembang biak secara aktif di permukaan kulit. Daerah yang sering diserang jamur ini, yaitu punggung, leher, tengkuk, dan dada. Penyakit ini terutama menyerang orang yang banyak mengeluarkan keringat dan kurang menjaga kebersihan kulit.

1.2 Tujuan masalah
1) Untuk mengetahui pengertian panu
2) Untuk mengetahui penularan pada panu
3) Untuk mengetahui cara penanganan / pengobatan panu


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 faktor agent
Penyebab dari penyakit panu ini adalah fungi Malassezia furfur. Panu dapat berwarna kehitaman (hyperpigmented), tetapi dapat juga berwarna pucat (hypopigmented). Dalam dunia medis penyakit panu biasa disebut dengan Ptyriasis Versicolor, penyakit ini biasanya kumat-kumatan dan jarang menimbulkan keluhan. Penyebab dari penyakit ini biasanya adalah orang yang melakukan banyak aktivitas dan mengeluarkan keringat yang banyak. Entah itu anak kecil orang muda maupun orang dewasa.

2.2 faktor host
Penyakit ini biasanya menderita diderita oleh orang yang kurang menjaga kebersihan kulitnya. Infeksi permukaan pada kulit ini disebut penyakit panu, ini banyak terjadi di Indonesia dan daerah tropic lain.

2.3 faktor environment
Dermatomikosis didaerah tropic yang banyak ditemukan adalah penyakit panu, terutama pada orang yang banyak berkeringat dan jarang mandi.

2.4 port of entry and exit
Daerah yang sering diserang jamur ini, yaitu punggung, leher, tengkuk, dan dada. Penyakit ini terutama menyerang orang yang banyak mengeluarkan keringat dan kurang menjaga kebersihan kulit. Penyakit ini mudah sekali menular, baik secara langsung melalui sentuhan kulit penderita yang terkena panu atau melalui barang-barang yang dipakai oleh penderita, bergantian sabun dan handuk.

2.5 pencegahan transmisi
1) Selalu menjaga kebersihan kulit
2) Mandi 2 kali sehari
3) Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat
4) Jangan gunakan pakaian, handuk atau saputangan yang dipakai penderita

BAB III PEMBAHASAN

3.1 PENCEGAHAN
1) Mengonsumsi buah yang mengandung antioksidan sehingga bisa menimbulkan system kekebalan tubuh. Semakin tinggi system imun di dalam tubuh  maka semakin cepat proses penyembuhan penyakit panu.
2) Mengonsumsi sayuran setiap hari. Karena sayur juga mampu meningkatkan system kekebalan tubuh namun jika dikonsumsi secara teratur.
3) Madu berkjasiat melancarkan peredaran darah. Apapun bentuk madu tersebut, madu asli atau madu yang sudah diproses, bahan makanan ini bisa memberikan efek positif dan efek yang baik pada pengobatan penyakit kulit panu.
4) Cengkeh mempunyai kemampuan alami untuk melawan infeksi jamur. Anda bisa memakainya untuk pengobatan luar maupun pengobatan dalam. Mengunyah cengkeh secara rutin dapat membantu mencegah infeksi jamur yang menempel pada tubuh.
5) Jaga kesehatan anggota tubuh
6) Biasakan tidak memakai peralatan mandi bergantian, seperti handuk
7) Setelah habis setiap olah raga ada baiknya langsung mandi yangg bersih menggunakan sabun anti-septik
8) Selalu mengkonsumsi vitamin C

3.2 PEMBERANTASAN
Bahan alami lain yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit panu adalah lengkuas, sambiloto, kunyit, asam jawa, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan bawang putih untuk mengatasi panu, berikut ini cara menggunakannya.
1) Sediakan bawang putih yang cukup besar, lalu potonglah bawang putih tersebut menjadi dua bagian.
2) Selanjutnya silahkan gosokan belahan bawang putih tersebut ke kulit yang ada panunya.
3) Gosok agak keras sampai kulit agak mengelupas. Jika berhasil akan kering dan si panu pun akan menghilang.
4) Lakukan secara teratur dua kali sehari.

3.3 PENGOBATAN
Pengobatan penyakit panu alami dapat dilakukan dengan rimpang lengkuas 1 jari, bawang putih 1 umbi, dan jeruk nipis 1 buah.  
Cara pembuatannya adalah lengkuas dan bawang putih ditumbuk halus dan dicampur air jeruk nipis. Cara pemakaiannya adalah dengan mengoleskan ramuan ke bagian kulit yang terkena panu secara teratur.
 
Pengobatan penyakit panu alami yang lain adalah dengan lengkuas. Lengkuas dapat mengobati perut kembung dan sebah. Lengkuas juga dapat mengobati panu, kurap, eksim, bercak-berak kulit, dan tahi lalat (sproeten). Lengkuas adalah obat ampuh untuk meredakan demam, pembengkakan limpa, pemulihan rahim pasca bersalin, radang telinga, bronkitis, dan diare. Lengkuas juga dapat dimanfaatkan sebagia pembunuh jamur kulit, obat masuk angin, gig ngilu, dan obat kuat.  

Cara mengobati panu alami dengan lengkuas adalah dengan ambilah 1/8 rimpang lengkuas, giling halus, lalu tambahkan minyak kelapa dan oleskan pada kulit yang terserang panu.

BAB IV PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Panu secara kasat mata akan tampak berupa bercak berwarna, bervariasi dari putih sampai cokelat kehitaman, dengan batas yang tergolong cukup bila dibandingkan dengan kulit disekitarnya. Bila dikerok akan tampak serpihan-serpihan keputihan diatas kulit yang menderita panu. Penyakit ini biasanya menderita diderita oleh orang yang kurang menjaga kebersihan kulitnya

B.  SARAN
1) Disarankan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar dapat hendaknya makalah ini dijadikan landasan pengetahuan dalam pelaksanaan perawatan kulit.
2) Penulis berharap semoga para pembaca dan penulis khususnya, dapat menambah pengetahuan yang lebih mendalam dan sangat berarti.

DAFTAR PUSTAKA

1. Judanarso, Jubianto. 2002. Ulkus Mole. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketiga hal. 396-400. FK UI, Jakarta.
2. http://dranak.blogspot.com/2007/03/penyakit-panu.
3. http://anazhiljpla.blogspot.com/2009/06/mengenal-panu-atau-pitiriasis.



Berikut Gambar-gambar tentang Penyakit Kulit Panu



Berikut tadi  Penyakit Panu  (Tinea Versicolor) yang dipost Bidan Endah semoga bisa membantu  yang sedang mengerjakan tugas maupun untuk ujian, semoga bermanfaat

Sabtu, Juni 15

Cari Tahu Tentang Penyakit Rubella

Rubella atau biasa dikenal campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penderita penyakit rubella kebanyakan anak-anak usia dini, sedangkan pada usia lanjut relative jarang ditemukan. Nah Berikut ini  Ulasan lengkap tentang tugasku dalam materi Rubella yang  lebih dikenal campak jerman aku tuangkan dalam personal blog bidanendah.blogspot.com

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan biasanya menyerang kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80 – 90 telah imun. Epidemi besar terjadisetiap 6 – 9 th. Penularan biasanya lewat kontak erat misalnya lewat sekolah / tempat kerja.

Rubella (atau biasa disebut campak Jerman) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penderita penyakit rubella kebanyakan anak-anak usia dini, sedangkan pada usia lanjut relative jarang ditemukan. Bahkan, banyak orang telah terkena rubella dalam bentuk ringan tidak pernah didiagnosis, hal ini disebut sebagai infeksi subklinis. Vaksinasi rubella kini memberikan dampak yang cukup baik karena efektif menurunkan angka penderita terutama bagi anak-anak.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk family Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan kejanin secara intra uterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapat tanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah, demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubella hanya mengancam janin.

Bila didapat saat kehamilan pertengahan pertama, makin awal (trimester pertama) ibu hamil terinfeksi rubella makin serius akibatnya pada bayi yaitu kematian janin intrauterin, abortus spontan, atau malformasi congenital pada sebagian besar organ tubuh (kelainan bawaan): katarak, lesi jantung, hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningo-ensefalitis, khorioretinitis, hidrosefalus, miokarditis, dan lesi tulang. Sedangkan infeksi setelah masa itu dapat menimbulkan gejala subklinik misalnya khorioretinitis bertahun-tahun setelah bayi lahir (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).

2.   Tujuan Umum
1) Menjelaskan tentang Pengertian Rubella
2) Menjelaskan tentang Etiologi Rubella
3) Menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Rubella
4) Menjelaskan tentang Diagnosis Rubella
5) Menjelaskan tentang Cara penularan Rubella
6) Menjelaskan tentang Pengaruh Rubella terhadap kehamilan dan pada Janin
7) Menjelaskan tentang Pencegahan Rubella
8) Menjelaskan tentang Penatalaksanaan Rubella

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a.Faktor agent
Agent biotis penyakit Rubella adalah virus Rubella suatu virus RNA dari golongan Togavirus.

b. Faktorhost
Pada penyakit campak jerman adalah manusia yang meliputi jenis kelamin, umur dan pertahanan tubuh.
1) Petugas rumah sakit yang kontak dengan anak kecil yang menderita penyakit rubella
2) Ibuhamil yang menderita penyakit rubella
3) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella

c.Faktor Environment
Dalam penyakit campak, udara termasuk dalam lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi penularan penyakit ini.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Cuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja bagi tenaga kesehatan yang kontak langsung dengan penderita rubella.
2) Gunakan pelindung diri (masker, pakaiankerja)
3) Imunisasi
4) Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan istirahat cukup serta olahraga teratur.

d.faktor port of entry end exit
Dimulai dengan pintu masuk (port d’ entrĂ©e) kuman dan dengan pintu keluar (port d’ exit) yang biasanya sebuah tetapi kadang-kadang dapat bersifat multiple Banyak. Pintu keluar yang penting adalah saluran nafas,saluran cerna,kulit/luka dan darah

e. Factor Transmisi
Virus Rubella ditularkan melalui urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya ruam (bercak merah) pada kulit.  Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak memunculkan gejala masih bias menyebarkan virus.

Penularan virus rubella melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan virema fetal.

Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90% dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 ± 50 %dan sebanyak dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10%. Dengan demikian bayi-bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.

BAB III PEMBAHASAN

1. Pencegahan Rubella
1.Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). Vaksin rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10 – 12 tahun atau 12 – 18 tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan.

2.Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital, oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti – rubella IgG dan anti – rubella Ig M.
1) Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi.
2) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG positif, dokter akan menyarankan anda untuk menunda kehamilan.
3) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti bodi yang terdapat dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda hamil , bayi anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgG : jika anda telah memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun terlindungi dari ancaman virus rubella.
4) Jika belum memiliki kekebalan (Anti – Rubella IgG dan Anti – Rubella IgG positif),, maka :
a. Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter
b. Tetap menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh
c. Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubella maka deteksi infeksi rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sangat penting. ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin terinfeksi / tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose Chain reaction).
d. Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin. Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22 minggu.
e. Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan. setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.

2. Penatalaksanaan Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.

Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.

Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.

1. Imunitas selama kehamilan :
a) Kehamilan : penurunan fungsi kekebalan yang bersifat “cell mediated”
b) Infeksi virus pada wanita hamil akan memperlihatkan gejala yang lebih berat disbanding tidak hamil ( infeksi poliomyelitis, cacar air / chicken pox )
c) Sistemkekebalan yang masih belum matang pada janin akan menyebabkan janin atau neonates lebih rentan terhadap komplikasi yang diakibatkan infeksi virus

2. Terapi antivirus
a) Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
b) Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
c) Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
d) Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama kehamilan: Amantadine dan Ribavirin

3. Pencegahan aktif dan pasif
a) Vaksin dengan virus hidup tidak boleh digunakan selama kehamilan termasuk polio oral, MMR (measles – mumps – rubella), varicella
b) Vaksindengan virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh digunakan selama kehamilan
4. Penatalaksanaan Selama Bersalin

1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a) Melibatkan keluarga agar memberi dukungan pada ibu
b) Memberi ibu rasa aman dan nyaman
c) Menganjurkan ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya.

2. Memenuhi cairan dan nutrisi ibu
a) Memasang cairan infus
b) Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum yang cukup.
c) Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar makan dan minum yang cukup

3. Memberi dukungan psiklogis
a) Menganjurkan ibu untuk tetap tenang, bersitigfar, dan berdoa
b) Meyakinkan ibu, bahwa tim medis akan membantu ibu dengan baik.
c) Melibatkan keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berlebihan.

5. Mengevaluasi hasil konsepsi, kontraksi uterus dan tanda-tanda vital.

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan apabila terjadi komplikasi.

 
Korban campak jerman


BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rubella adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus (rubella), dikenal juga dengan nama German measles atau campak Jerman atau campak tiga hari. Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College Obstrician and gynecologis, 1981). Resiko sindroma rubella congenital turun menjadi 1% bila infeksi terjadi pada trimester II dan III.

3.2 Saran

Sebaiknya kita lebih mempelajari ciri-ciri dari penyakit ini, karena apabila masih sulit dalam membedakannya, kita dapat salah mengambil tindakan. Walaupun symptom antara Toxoplasma dengan Rubella hampir sama, tapi infeksi yang ditimbulkan berbeda serta cara pengobatan dan langkah yang perlu diambil pun berbeda. Maka disini kita perlu ketelitian dalam membedakannya.
Perlunya catatan secara berkala mengenai penyakit-penyakit ini, agar kita dapat memantau sejauh mana penyakit ini berkembang dan dapat atau tidaknya menyebabkan KLB, serta dapat melakukan program pencegahan terhadap penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Chahaya, Iindra. 2003. Epidemiologi “Toxoplasma Gondii”. Medan: Bagian Kesehatan Lingkungan FKM USU. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-indra%20c4.pdf
 Subekti, Didik T. 2005. Perkembangan Kasus Dan Teknologi Diagnosis Toksoplasmosis. Yogyakarta: FKH UGM. http://peternakan. litbang. deptan.go.id/ fullteks/lokakarya/ lkzo05-41.pdf
 Nurfidak.2006. Imunopatogenesis Toxoplasma Gondii Berdasarkan Perbedaan Galur.Medan  : FK USU.http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/ wazo163-3.pdf
 http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2011/07/profil-2010-kab-sleman-.pdf
 Depkes. 2011.Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Berikut tadi  Tentang Penyakit Rubella yang dipost Bidan Endah semoga bisa membantu  yang sedang mengerjakan tugas maupun untuk ujian, semoga bermanfaat

Jumat, Juni 14

Cari Tahu Lebih Banyak Tentang ULKUS MOLLE

Ulkus mole termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,setelah kuman ditemukan oleh DUCREY pada tahun 1889. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Karena kurangnya fasilitas diagnostik, sering terjadi salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis stadium pertama. CHAPEL dkk. (1977) hanya dapat menemukan H.ducreyi pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai ulkus mole.

Berikut Ulasan lengkap tentang tugasku dalam materi Ulkus Molleyang aku tuangkan dalam personal blog bidanendah.blogspot.com

 SEKILAS TENTANG ULKUS MOLLE

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Ulkus mole termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH setelah kuman ditemukan oleh DUCREY pada tahun 1889. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Laporan-laporan hanya datang dari beberapa negara yang sudah berkembang, karena kesukaran menemukan penyebabnya. Karena kurangnya fasilitas diagnostik, sering terjadi salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis stadium pertama. CHAPEL dkk. (1977) hanya dapat menemukan H.ducreyi pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai ulkus mole.

1.2  Tujuan masalah
1) Untuk mengetahui pengertian Ulkus Mole
2) Untuk mengetahui penularan pada Ulkus Mole
3) Untuk mengetahui cara penanganan / pengobatan ulkus mole

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 faktor agent
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophillus ducreyi) dengan gejala klinis yang berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering disertai pernanahankelenjar getah bening regional. Berikut gambar Haemophilus ducreyi dibawah mikroskop cahaya
 
2.2 faktor host
Hanya mengenai orang dewasa yang aktif. Lebih banyak pada pria. Pembesaran kelenjar limfa inguinal tidak multipel, terjadi pada 30% kasus yang disertai radang akut. Kelanjar kemudian melunak dan pecah dengan membentuk sinus yang nyeri disertai badan panas. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, gejala klinis yang khas dan pemeriksaan langsung bahan ulkus yang diberi pewarnaan gram.

2.3 faktor envinanment
Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik, terutama di kota dan pelabuhan.

2.4 port of entry and exit
Lokalisasi ulkus pada: preputium, glans, penis korpus penis, frenulum (pada penderita pria) vulva, clitoris, cervix, anus (pada penderita wanita). Penyakit ini ditularkan secara langsung melalui hubungan seksual, selain di daerah genetalia dapat juga terjadi inokulasi H. Ducreyi di jari, mulut dan dada. Pada tempat masukna mikro organisme terbentuk ulkus yang khas.

2.5 transmisi
Perbaikan tingkat ekonomi mempengaruhi berkurangnya frekuensi penyakit ini di negara-negara yang lebih maju. Tidak melalukan hubungan seks yang berganti-ganti pasangan dan tetap waspada pada tenaga kesehatan yang sedang menangani kasus ulkus mole tersebut.

BAB III PEMBAHASAN

3.1  Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan, jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek prostitusi. Menghindari dari hubungan seks bebas, membersihkan alat genetalia sebelum terjadinya inkubasi di daerah genetalia atau memotong rambut kemaluan agar tidak terjadi penumpukan organisme untuk melakkukan penetrasi epidemis.

3.2  Pemberantasan
1) Segera pergi dokter untuk di obati
2) Ikuti saran dokter
3) Jangan berhubunganseks selama dalam pengobatan IMS
4) Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks  (khususnya pasangan sah)

3.3  Pengobatan
1. Obat sistemik
1) Azitromycin 1 gr, oral, single dose.
2) Seftriakson 250 mg dosis tunggal, injeksi IM.
3) Siprofloksasin 2x500 mg selama 3 hari.
4) Eritromisin 4x500 mg selama 7 hari.
5) Amoksisilin + asam klavunat 3x125 mg selama 7 hari.
6) Streptomisin 1 gr sehari selama 10 hari.
7) Kotrimoksasol 2x2 tablet selama 7 hari.

2. Obat local
Kompres dengan larutan normal salin (NaCl 0,9%) 2 kali sehari selama 15 menit.4

3. Aspirasi abses transkutaneus dianjurkan untuk bubo yang berukuran 5 cm atau lebih dengan fluktuasi ditengahnya.

BAB IV PENUTUP

A.   Kesimpulan
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophillus ducreyi) dengan gejala klinis yang berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering disertai pernanahankelenjar getah bening regional.
Diagnosa terutama berdasar adanya gejala klinik yang khas.Diagnosa pasti berdasar diketemukannya basil H. ducreyi. Penyakit ini ditularkan secara langsung melalui hubungan seksual, selain di daerah genetalia dapat juga terjadi inokulasi H. Ducreyi di jari, mulut dan dada. Pada tempat masukna mikro organisme terbentuk ulkus yang khas.

B.   Saran
1) Disarankan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar dapat hendaknya makalah ini dijadikan landasan pengetahuan dalam pelaksanaan perawatan mata.
2) Penulis berharap semoga para pembaca dan penulis khususnya, dapat menambah pengetahuan yang lebih mendalam dan saangat berarti.
3) Agar kita terhindar dari berbagai jenis penyakit menular seksual dengan setia pada pasangan kita masing – masing.

DAFTAR PUSTAKA

1. Judanarso, Jubianto. 2002. Ulkus Mole. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketiga hal. 396-400. FK UI, Jakarta.
2. Martodiharjo, Sunarko. dkk. 2004. Ulkus Mole (chancroid). Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. RSU dr.Soetomo hal. 203-207. Surabaya.

Semoga Membantu dan maaf tidak bisa menampilkan gambar penyakit karena gambar banyak bermuatan unsur p***o.

salam bidanendah

Kamis, Juni 13

HUBUNGAN DAN PERAN BIOKIMIA DENGAN KEDOKTERAN ATAU KEBIDANAN

Didalam biokimia mempelajari :

Sifat zat kimia di dalam jasad hidup dan senyawa yang diproduksinya
Fungsi dan transformasi zat kimia serta menelaah transformasi itu sehubungan dengan aktivitas kehidupan

Komposisi utama tubuh manusia terdiri dari protein, lemak, karbihdrat, air dan mineral. Air menjadi komponen yang paling utama kendati jumlahnya sangat bervariasi di antara berbagai jaringan tubuh.  Karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen merupakan konstituen utama sebagian besar molekul .

HUBUNGAN DAN PERAN BIOKIMIA DENGAN KEDOKTERAN ATAU KEBIDANAN
A.   SEMUA PENYAKIT MEMPUNYAI DASAR BIOKIMIAWI
1. Penyebab fisik : Trauma mekanik, suhu ysng tinggi atau rendah, perubahan mendadak dalam tekanan atmosfer, radiasai, shock listrik.
2. Penyebab kimia dan obat-obatan : Senyawa toksik tertentu, preparat obat, dan lain-lain.
3. Penyebab biologis : Virus, ricketsia, bakteri, fungi, bentuk parasit yang lebih tinggi.
4. Kekurangan oksigen : Perubahan sirkuasi darah, penurunan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, keracunan pada enzim-enzim oksidatif dll.
5. Penyebab genetik : Congenital, molekuler.
6. Reaksi imunologi : Anafilaksis, penyakit autoimun
7. Gangguan keseimbangan gizi : Difisiensi gizi, kelebihan gizi.
8. Gangguan keseimbangan hormonal : Difisiensi hormonal, reproduksi hormone berlebihan.

B.   PENGGUNAAN BIOKIMIA DALAM PEMERIKSAAN PENYAKIT
1. Mengungkap penyebab fundamental dan mekanisme terjadinya penyakit, contohnya demonsrtasi yang memperlihatkan sifat cacat genetik pada kistik fibrois.
2. Menunjukan pengobatan yang rasional serta efektif, contohnya penggunaan diet rendah fenilalanin, untuk menggobati fenilketonuria.
3. Membantu dalam menegkkan dianosis penyakit yang spesifik, contohnya penggunaan enzim kreatin kinase MB (CKMB ) plasma untuk membantu penyakit infrak miokard.
4. Sebagai pemeriksaan screening untuk diagnosis penyakit-penyakit tertentu, contohnya penggunaanToksin Darah (TSH) untuk diagnosis hipotiroidisme congenital neonatal.
5. Memantau perjalanan penyakit tertentu, contohnya penggunaan enzim alanin aminotransferase (ALT) plasma untuk memantau penyakit hepatitis.
6. Menilai respon penyakit terhadap terapi, contohnya pemeriksaan kadar antigen untuk pasien yang mendapat terapi karena kanker colon.

24 STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

Standart 24 Pelayanan kebidanan Pertolongan pertama atau penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal merupakan komponen penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kebidanan di setiap tingkat pelayanan.Bila hal tersebut dapat diwujudkan, maka angka kematian ibu dapat diturunkan. Berdasarkan itu, standar pelayanan kebidanan ini mencakup standar untuk penanganan keadaan tersebut, disamping untuk pelayanan kebidanan dasar. Terdapat Standart Pelayanan yang dikelompokan menjadi 5 bagian yang akan disajikan bidanendah, yaitu:

  • A. STANDAR PELAYANAN UMUM
Terdapat dua standar pelayanan
Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat Persyaratan standar : Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala halyang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan umum, gizi, KB, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan baik
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan Persyaratan standar : Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukan, yaitu registrasi. Semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian yan yg diberikan kpd setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan BBL, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kpd masy. Disamping itu bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masy yg berkaitan dg ibu dan BBL. Bidan meninjau scr teratur cat tsb untukmenilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya
  • B. STANDAR PELAYANAN ANT ENATAL
Terdapat enam standar pelayanan
Standar 3 : Identifikasi Ibu hamil Persyaratan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota masyarakat agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur
Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal Persyaratan standar : Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangung normal.
Bidan juga hrs mengenal resti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,hipertensi, PMS/infeksi HIV;memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kes serta tugas terkaitlainnya yg diberikan oleh puskesman. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiapkunjungan Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujukuntuk tindakan selanjutnya
Standar 5 : Palpasi Abdomen Persyaratan standar : Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksamamelakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan bilaumur kehamilan bertambahmemeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepalajanin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelaianan serta melakukan rujukan tepat waktu
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Persyaratan standar : Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Persyaratan standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya
Standar 8 : Persiapan Persalinan Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
 C. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN.
Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan
Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I. Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman. Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga. Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
  • D. STANDAR PELAYANAN NIFAS. Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir. Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontanmencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan. Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentangan hal-hal mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas. Pernyataan standar : Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

  • E. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL
Di samping standar untuk pelayanan kebidanan dasar ( antenatal, persalinan dan nifas), di sini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan obstetri-neonatal. Seperti telah dibahas sebelumnya, bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawat darurat obstetric-neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Di bawah ini dipilih sepuluh keadaan gawat darurat obstetri-neonatal yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab utama kematian ibu/bayi baru lahir.
Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan, Pada Tri-mester III Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17 : Penanganan Kegawatan Pada Eklamsia. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam. Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
Standar 18 : Penanganan Kegawatan Pada Partus Lama/Macet Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
Standar 19 : persalinan dg penggunaaan Vakum Ekstraktor Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum,melakukannya secara benar dalammemberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamnannya bagi ibu dan janin
Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penangan perdarahan sesuai dengan kebutuhan
Standar 21 : Penangan Perdarahan Postpartum Primer Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan dalam 24 pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan
Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder Pern yataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya
Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya
Standar 24 : Penanganan Asfesia Neonatorum Pernyaan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfeksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
Berikut tadi  24 Standart Pelayanan Kebidanan yang dipost Bidan Endah semoga bisa membantu  yang sedang mengerjakan tugas maupun untuk ujian, semoga bermanfaat >__<  maju terus ilmu kesehatan indonesia

Kamis, Mei 30

Penyakit PES (BLACK DEATH) belum terbasmi tuntas.

Pes atau sampar adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis (dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit pes disebarkan oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Kasus yang paling dramatis adalah Kematian Hitam ("Black Death") yang terjadi di Eropa pada Abad Pertengahan.


PENYAKIT PES (BLACK DEATH)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dahulu ada sebuah penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini dijulukan The Black Death. Penyakit ini menyebabkan wabah yang besar di kalangan masyarakat. Wabah plague diyakini telah bermula di Mesir dan Etiopia pada tahun 540 bergerak ke Sungai Nil dan menumpang kapal-kapal menuju ke Konstantinopel sepanjang rute perdagangan. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 300.000 orang di Konstantinopel dalam waktu setahun pada tahun 544.

Kemudian pada tahun 1347 penyakit ini kembali melanda populasi Eropa (Konstantinopel Turki, kepulauan Italia, Prancis, Yunani, Spanyol, Yugoslavia, Albania, Austria, Jerman, Inggris, Irlandia, Norwegia, Swedia, Polandia, Bosnia-Herzegovina dan Kroasia) selama kira-kira 300 tahun, dari tahun 1348 sampai akhir abad ke-17. Selama kurun waktu itu, wabah ini membunuh 75 juta orang, kira-kira 1/3 populasi pada waktu itu. Seluruh komunitas tersapu bersih, di tahun 1386 di kota Smolensk, Rusia, hanya lima orang yang tidak terserang penyakit ini dan di London, peluang bertahan hidup hanya satu dalam sepuluh. bidanendah.blogspot.com

Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis. Bakteri ini dibawa oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Plague merupakan penyakit yang disebabkan oleh enterobakteriaYersinia pestis (dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes masih dapat ditemui di beberapa belahan dunia hingga kini. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk.

Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. bidanendah.blogspot.com Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.

Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.

Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ).Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa kegiatan yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal life trap.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam kajian mengenai judul makalah ini “Pes (Plague) dan Penanggulangannya. Dalam makalah ini penulis mencoba mengkaji  etiologi penyakit pes, patogenesis, gejala yg ditimbulkan, serta cara pengobatannya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penulis menyimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apa itu penyakit pes (Black Death)?
2) Bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi penyakit pes
3) Bagaiamana patogenesis penyakit pes?
4) Bagaimana gejala penyakit pes?
5) Bagaimana pencegahan, pemberantasan dan pengobatan, penyakit pes?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1) Mendeskripsikan tentang penyakit pes (Black Death)
2) Mendeskripsikan tentang factor-faktor yang memepengaruhi penyakit pes
3) Mendeskripsikan tentang patogenesis penyakit pes
4) Mendeskripsikan tentang gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes
5) Mendeskripsikan tentang cara pencegahan, pemberantasa dan penanggulangan penyakit pes

1.4 Manfaat
1) Untuk mengetahui tentang penyakit pes (Black Death)
2) Untuk mengetahui tentang factor-faktor yang mempengaruhi penyakit pes
3) Untuk mengetahui tentang patogenesis penyakit pes
4) Untuk mengetahui tentang gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes
5) Untuk mengetahui tentang cara pencegahan, pemberantasan dan penanggu-langan penyakit pes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyakit Pes (Black Death)
Pes (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis (dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit pes dibawa oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Selama abad ke-14, pedagang dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah dan Laut Hitam mengadakan perjalanan ke Cina, dan sepulangnya, membawa kembali sutera serta kulit binatang yang berharga. Ketika kembali dari perjalanan seperti ini pada tahun 1343, sekelompok pedagang dari Genoa menurut laporang lari ketakutan karena adanya pasukan orang Tartar, dan berlindung di balik tembok kota perdagangan Caffa di Semenanjung Krim. Orang Tartar segera mengepung kota tersebut. Selama tiga tahun tak ada pihak yang mendapatkan kemajuan, sampai pada suatu hari orang Tartar berhenti melemparkan batu ke dalam kota Caffa dan mulai melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal karena pes.

Sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap kesehatan manusia beradab. Penyakit pes – lebih daripada “pes-pes” di kemudian hari seperti misalnya kolera, cacar, demam kuning dan influenza-tetap merupakan contoh utama mengenai siatu penyakit infeksi yang datang dari luar negeri dan menyerang orang Filistin melalui pelabuhan laut mereka. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke-6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat.

Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Yersinia pestis penyebab pes berbentuk batang pendek, gemuk dengan ujung membulat dengan badan mencembung, berukuran 1,5 µ × 5,7 µ dan bersifat Gram positif. Kuman ini serirtutung menunjukkan pleomorfisme. Pada pewarnaan tampak bipolar, mirip peniti tertutup. Kuman tidak bergerak, tidak membentuk dari spora dan diselubu Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain.

Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi tuntas.

Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.

Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:
1)Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain.

2)Septicemic plague: Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.

3)Pneumonic plague: Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. bidanendah.blogspot.com Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar.


2.2 Faktor-faktor yang memepengaruhi penyakit pes
1)Faktor Agent: Bakteri Yersinia Pesti / Bakteriolog Perancis A.J.E Yersin. Dibawa oleh hewan pengerat (terutama tikus) dan ditularkan oleh kutu tikus. Penyakit ini menular melalui gigitan tikus.
2)Faktor Host: Manusia
3)Faktor Environment: rumah yang kotor atau tempat-tempat yang biasanya di huni sebagai sarang tikus
4)Port op Entry and Exit: Kulit
5)Tranmisi: Kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi, kontak fisik dengan penderita dan bisa terjadi dari percikan air liur oenderita yang terbawa oleh udara

2.3 Patogenesis Pes (Plague)
Pes adalah infeksi dari sistem limfatik, biasanya dihasilkan dari gigitan kutu yang terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada hewan pengerat seperti tikus, dan mencari mangsa binatang pengerat lainnya ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar getah bening dan berkembang biak. Y.pestisbasil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening dapat perdarahan dan menjadi bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang menjadi mematikan wabah septicemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga diketahui menyebar ke paru-paru dan menjadi penyakit yang dikenal sebagai wabah pneumonia . Bentuk penyakit ini sangat menular karena bakteri dapat ditularkan dalam tetesan dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta kontak fisik dengan korban wabah tikus atau kutu-bantalan yang membawa wabah.

Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di Amerika juga pada bajing. Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Pada no.1 s/d 5, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo. Pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes).

Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, seperti murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia. Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y. pestis, organisme yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan, dibantu oleh koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya terkontaminasi Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan. bidanendah.blogspot.com Organisme yang diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara intra sel atau ekstra sel. Y. pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang haemorrogic yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang dapat mengalami nekrosis. Meskipun infasinya dapat berhenti di situY. pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas.

Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.

Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.
Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain dapat juga menularkan infeksi. Untuk pengendalian pes dibutuhkan penelitian pada hewan yang terinfeksi, vektor,dan kontak manusia dan pembantaian hewan yang terinfeksi pes. Semua pasien yang dicurigai menderita pes harus diisolasi terutama kalau kemungkinan keterlibatan paru-paru belum disingkirkan. Kontak pasien yang dicurigai menderita pneumonia pes harus diberi tetrasiklin 0’5 gram per hari selama 5 hari, sebagai kemoprofilaksis. Selain itu, kondisi lingkungan juga berperan dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi kasus pes, perlu usaha masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas lingkungannya.

2.4 Gejala Pes (Plague)
Gejala yang paling terkenal dari penyakit pes adalah menyakitkan, kelenjar getah bening, yang disebut buboes. Ini biasanya ditemukan di pangkal paha, ketiak atau leher. Karena gigitan berbasis bentuk infeksi, wabah pes sering merupakan langkah pertama dari serangkaian penyakit progresif. Gejala penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari setelah terpapar bakteri.

Gejala meliputi:
1)Panas dingin
2)Umum sakit perasaan ( malaise )
3)Demam tinggi (39 ° Celcius, 102 ° Fahrenheit)
4)Kram Otot
5)Kejang
6)Mulus, bening pembengkakan kelenjar menyakitkan disebut bubo, umumnya ditemukan di selangkangan, tapi mungkin terjadi di ketiak atau leher, paling sering di lokasi infeksi awal (gigitan atau awal)
7)Nyeri dapat terjadi di daerah tersebut sebelum muncul bengkak
8)Warna kulit berubah menjadi warna merah muda dalam beberapa kasus yang ekstrim
9)Pendarahan dari koklea akan dimulai setelah 12 jam dari infeksi.

Gejala lain termasuk napas berat, muntah darah terus menerus, buang air kecil darah, anggota badan sakit, batuk, dan nyeri eksterm. Rasa sakit ini biasanya disebabkan oleh pembusukan atau decomposure kulit sementara orang itu masih hidup. Gejala tambahan termasuk kelelahan ekstrim, masalah gastrointestinal, lenticulae (titik-titik hitam yang tersebar di seluruh tubuh), delirium dan koma.

Dua jenis Y.pestis plague pneumonia dan septicemia. Namun, wabah pneumonia, tidak seperti, pes atau septicemia menyebabkan batuk dan sangat menular, yang memungkinkan untuk itu menyebar orang-ke-orang.
Wabah septicemia terjadi ketika wabah bakteri kalikan dalam aliran darah Anda.
Tanda dan gejala termasuk:
1)Demam dan menggigil
2)Nyeri perut, diare dan muntah
3)Perdarahan dari, hidung mulut atau rektum, atau di bawah kulit Anda
4)Syok
5)Menghitam dan kematian jaringan (gangren) di kaki Anda, paling sering jari, jari kaki dan hidung

Wabah pneumonia mempengaruhi paru-paru. Ini adalah paling umum dari berbagai wabah tetapi yang paling berbahaya, karena dapat menyebar dari orang ke orang melalui droplet batuk.
Tanda dan gejala dapat dimulai dalam beberapa jam setelah infeksi, dan mungkin mencakup:
1)Batuk, dahak berdarah
2)Kesulitan bernapas
3)Demam tinggi
4)Mual dan muntah
5)Kelemahan
Wabah pneumonia berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan kegagalan pernafasan dan shock dalam waktu dua hari infeksi. Jika pengobatan antibiotik tidak dimulai dalam waktu satu hari setelah tanda-tanda dan gejala pertama muncul, infeksi mungkin menjadi fatal.

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Pencegahan
Pencegahan primer memerlukan penghindaran pemajanan terhadap binatang yang terinfeksi dan pijalnya. Di daerah endemik masyarakat harus diajar untuk tidak memegang liang, untuk menahan memegang rodensi yang sakit atau mati, memberi anti kutu binatang rumah tangga, dan mengurang tempat tinggal tikus domestik. Prevalensi dan distribusi pes dapat ditentukan dari populasi rodensi liar dengan pengamatan penyakit atau dengan menggunakan rantai reaksi polimerase untuk mendeteksi Y.pestis dalam pinjal. Penderita pes harus dikarantina dan diobati dan ditangani pada isolasi pernafasan yang ketat bila mereka bergejala paru-paru.

3.2. Pemberantasan
Dengan partisipasi dan memerlukan usaha masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas lingkungannya

3.3. Pengobatan Pes (Plague)
Abad Pertengahan dokter berpikir wabah diciptakan oleh udara rusak oleh cuaca lembab, tubuh membusuk terkubur, dan asap yang dihasilkan oleh sanitasi yang buruk. Pengobatan yang disarankan adalah wabah diet yang baik, istirahat, dan pindah ke lingkungan non-terinfeksi sehingga individu bisa mendapatkan akses untuk membersihkan udara. Ini memang membantu, tapi tidak untuk alasan para dokter waktu pemikiran. Pada kenyataannya, karena mereka merekomendasikan bergerak menjauh dari kondisi tidak sehat, orang-orang, pada dasarnya, semakin menjauh dari tikus yang memendam kutu membawa infeksi.
Pengujian laboratorium yang diperlukan, dalam rangka untuk mendiagnosa dan mengkonfirmasi wabah. Idealnya, konfirmasi melalui identifikasi Y.pestisbudaya dari sampel pasien. Konfirmasi infeksi dapat dilakukan dengan memeriksa serum diambil selama tahap awal dan akhir dari infeksi . Untuk cepat layar untuk Y.pestisantigen pada pasien, cepat dipstik tes telah dikembangkan untuk penggunaan lapangan.

Beberapa kelas antibiotik yang efektif dalam mengobati penyakit pes. An dist(terutama doksisiklin ), dan fluorokuinolonciprofloxacin . Kematian terkait dengan kasus dirawat wabah pes adalah sekitar 1-15%, dibandingkan dengan angka kematian 50-90% dalam kasus-kasus yang tidak diobati.

Orang yang berpotensi terinfeksi dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus diberi antibiotik dalam waktu 24 jam dari gejala pertama untuk mencegah kematian. Pengobatan lain meliputi oksigen, cairan intravena, dan dukungan pernapasan. Orang-orang yang pernah kontak dengan siapa pun terinfeksi oleh wabah pneumonia diberikan antibiotik.

Pencegahan primer memerlukan penghindaran pemajanan terhadap binatang yang terinfeksi dan pijalnya. Di daerah endemik masyarakat harus diajar untuk tidak memegang liang, untuk menahan memegang rodensi yang sakit atau mati, memberi anti kutu binatang rumah tangga, dan mengurang tempat tinggal tikus domestik. Prevalensi dan distribusi pes dapat ditentukan dari populasi rodensi liar dengan pengamatan penyakit atau dengan menggunakan rantai reaksi polimerase untuk mendeteksi Y.pestis dalam pinjal. Penderita pes harus dikarantina dan diobati dan ditangani pada isolasi pernafasan yang ketat bila mereka bergejala paru-paru.

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah makalah yang berjudul “Pes (Plague) dan Penanggulangannya” maka penulis merumuskan beberapa kesimpulan yang berkaitan makalah ini sebagai berikut:
1)Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain dapat juga menularkan infeksi. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar getah bening dan berkembang biak. Y.pestisbasil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening dapat perdarahan dan menjadi bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang menjadi mematikan wabah septicemia dalam beberapa kasus.
2)Gejala penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari setelah terpapar bakteri.
3)Beberapa kelas antibiotik yang efektif dalam mengobati penyakit pes. An dist (terutama doksisiklin ), dan fluorokuinolon ciprofloxacin . Kematian terkait dengan kasus dirawat wabah pes adalah sekitar 1-15%, dibandingkan dengan angka kematian 50-90% dalam kasus-kasus yang tidak diobati. Orang yang berpotensi terinfeksi dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus diberi antibiotik dalam waktu 24 jam dari gejala pertama untuk mencegah kematian. Pengobatan lain meliputi oksigen, cairan intravena, dan dukungan pernapasan. Orang-orang yang pernah kontak dengan siapa pun terinfeksi oleh wabah pneumonia diberikan antibiotik.
4)Pes bubo akut menjelek menjelek menjadi deliriu, syok, dan meninggal dalam 3-5 hari jika tidak diobati. Angka mortalitas untuk keseluruhan pes bubo yang tidak diobati adalah 60-90%. Penjelekan pes pneomonia cepat dan hampir selalu mematikan 24-28 jam jika tidak diobati. Jika pes bubo diobati lebih awal, maka angka mortalitas akan berkurang 10%. Prognosiss pada pes pneumonia tetap jelek jika pengobatan spesifik tidak diberikan dalam 18 hari dimulainya.

4.2 Saran
Adapun beberapa saran yang sdirumuskan penuis berkaitan dengan judul makalah ini, yaitu:
1)Diharapkan pembaca mampu mengidentifikasi penyakit pes setelah membaca makalah ini.
2)Diharapkan makalah ini dapat membantu dan bermanfaat kepada pembaca
3)Diharapkan literatur tentang pes lebih diperbanyak afar sumber bacaan lebih banyak dan semakin menambah wawasan pembaca
4)Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan pustaka untuk keperluan yang semestinya.

Sumber :  Wikipedia

Selasa, Mei 28

Penyakit Demam Kuning (Yellow Faver)

Demam kuning adalah infeksi virus yang menyebabkan kerusakan pada saluran hati, ginjal, jantung dan gastrointestinal. Gejala utama dapat mencakup demam mendadak, kulit menguning (jaundice) dan perdarahan. Hal ini terjadi mayoritas di Amerika Selatan, Kepulauan Karibia dan Afrika. Penyakit ini menyebar melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Insiden penyakit ini cenderung meningkat pada musim panas dengan meningkatnya populasi nyamuk, dan itu terjadi sepanjang tahun di iklim tropis.

Demam kuning dapat menyebabkan gejala mirip flu, menguning baik dari kulit dan bagian putih mata, dan dapat menyebabkan kematian. Demam kuning adalah penyakit langka di wisatawan karena banyak mendapatkan vaksin, tetapi endemik di daerah miskin karena orang-orang tidak mampu untuk mendapatkan vaksinasi. Jika Anda tinggal di atau baru saja mengunjungi sub-Sahara Afrika atau Amerika Selatan, dan percaya Anda mungkin mengalami demam kuning, temui dokter anda. bidanendah.blogspot.com

B.Pendahuluan
i.Data kasus penyakit demam kuning
Didunia :
Demam kuning hanya terjadi di Afrika dan Amerika Selatan di negara yang terletak dekat khatulistiwa. Pengunjung yang belum diimunisasi, dan orang tinggal di kawasan-kawasan ini menghadapi risiko infeksi.  Di Asia belum pernah dilaporkan kasus demam kuning.

ii.Urgensi penyakit ini dalam kesehatan masyarakat
Empat puluh lima negara endemik di Afrika dan Amerika Latin, dengan populasi gabungan lebih dari 900 juta, beresiko. Di Afrika, sebuah diperkirakan 508 juta orang tinggal di 32 negara beresiko. Penduduk yang tersisa berisiko berada di 13 negara di Amerika Latin, dengan Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador dan Peru pada risiko terbesar.
Ada sebuah 200 000 diperkirakan kasus demam kuning (menyebabkan 30 000 kematian) seluruh dunia setiap tahun. Sejumlah kecil kasus impor terjadi di negara bebas dari demam kuning. Meskipun penyakit ini belum pernah dilaporkan di Asia, wilayah ini beresiko karena kondisi yang diperlukan untuk transmisi yang hadir di sana. Dalam abad terakhir (XVII ke XIX), wabah demam kuning dilaporkan di Amerika Utara (New York, Philadelphia, Charleston, New Orleans, dll) dan Eropa (Irlandia, Inggris, Perancis, Italia, Spanyol dan Portugal).  

Kasus fatalitas berkisar harga dari penyakit parah dari 15% menjadi lebih dari 50%. Sebagian besar kasus dan kematian terjadi di sub-Sahara Afrika, di mana demam kuning merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama yang terjadi dalam pola epidemi. Afrika juga pengalaman wabah periodik namun tak terduga dari demam kuning perkotaan. Tiga puluh dua negara Afrika sekarang dianggap beresiko demam kuning, dengan total populasi 610 juta orang, di antaranya lebih dari 219 juta tinggal di perkotaan.

Demam kuning adalah endemik di sepuluh negara-negara Amerika Selatan dan Tengah dan beberapa di kepulauan Karibia. Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Peru dan Venezuela yang dianggap paling berisiko. Meskipun penyakit ini biasanya menyebabkan hanya kasus sporadis dan KLB kecil, hampir semua pusat-pusat kota besar di daerah tropis Amerika telah reinfested dengan Aedes aegypti dan penduduk yang paling rentan perkotaan karena cakupan imunisasi rendah. Amerika Latin sekarang pada risiko lebih besar epidemi perkotaan daripada setiap saat dalam 50 tahun terakhir.
Kepadatan dan habitat nyamuk Aedes aegypti telah diperluas baik di daerah perkotaan dan pedesaan. Nyamuk ini sekali lagi infesting daerah dari yang sebelumnya diberantas. Penyakit ini awalnya diimpor ke Amerika dari Afrika, namun menjadi banyak didirikan di sana. Demam kuning belum pernah dilaporkan dari Asia, namun, harus itu sengaja diimpor, potensi penyebaran ada karena vektor nyamuk yang tepat hadir.

C. Isi
i.Triad Epidemiologi
1.Agent
Demam kuning disebabkan oleh virus demam kuning yang disebut Flavivirus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi . Nyamuk demam kuning biasanya adalah nyamuk Aedes aegypti.
2.Host
Manusia dan monyet merupakan binatang utama yang terinfeksi oleh virus ini  .
3.Environment
Virus demam kuning hidup di daerah yang beriklim tropis. Sehingga Demam kuning hanya terjadi di Afrika dan Amerika Selatan di negara yang terletak dekat khatulistiwa  .

ii.Transisi Penyakit Demam Kuning
Virus demam kuning adalah arbovirus dari genus flavivirus, dan nyamuk adalah vektor utama. Ini membawa virus dari satu host ke yang lain, terutama antara monyet, dari monyet ke manusia, dan dari orang ke orang.
Beberapa spesies yang berbeda dari nyamuk Aedes dan Haemogogus menularkan virus. Nyamuk-nyamuk berkembang biak baik di sekitar rumah (domestik), di hutan (liar) atau di kedua habitat (semi-domestik). Ada tiga jenis siklus penularan.
1. Sylvatic (atau hutan) demam kuning:
Di hutan hujan tropis, demam kuning terjadi pada monyet yang terinfeksi oleh nyamuk liar. Monyet-monyet yang terinfeksi kemudian menularkan virus kepada nyamuk lain yang memberi makan pada mereka. Nyamuk yang terinfeksi menggigit manusia memasuki hutan, sehingga dalam kasus sesekali demam kuning. Sebagian besar infeksi terjadi pada pria muda yang bekerja di hutan (misalnya untuk logging).
2.Demam kuning intermediet:
Di bagian lembab atau semi-lembab Afrika, epidemi skala kecil terjadi. Semi-negeri nyamuk (yang berkembang biak di rumah tangga liar dan sekitar) menginfeksi baik kera dan manusia. Kontak meningkat antara manusia dan nyamuk yang terinfeksi menyebabkan transmisi. Banyak desa terpisah di suatu daerah dapat menderita kasus secara bersamaan. Ini adalah jenis yang paling umum dari wabah di Afrika. Wabah bisa menjadi epidemi lebih parah jika infeksi dilakukan ke daerah penduduk dengan kedua nyamuk domestik dan orang yang belum divaksinasi.
3.Demam kuning perkotaan:
Wabah besar terjadi ketika orang yang terinfeksi memperkenalkan virus ke daerah-daerah padat penduduk dengan tingginya jumlah orang yang tidak kebal dan nyamuk Aedes. Nyamuk yang terinfeksi menularkan virus dari orang ke orang.

iii.  Riwayat Alamiah Penyakit Demam Kuning
Gejala demam kuning muncul 3 sampai 6 hari setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi. Biasanya, gejala fase akut akan bertahan selama 3 sampai 4 hari, dan kemudian menghilang. Jika orang yang terinfeksi akan maju ke fase beracun, gejala fase beracun akan mulai dalam waktu 24 jam dari akhir fase akut. Ketika seseorang sembuh dari demam kuning, mereka dianggap memiliki kekebalan seumur hidup dari penyakit ini. bidanendah.blogspot.com
Fase beracun berkembang sebagai kembali demam, dengan gejala klinis termasuk demam tinggi, sakit kepala, nyeri punggung, mual, muntah, sakit perut, dan kelelahan. Koagulopati hati menghasilkan gejala hemoragik, termasuk hematemesis (muntah hitam), epistaksis (hidung berdarah), perdarahan gusi, dan perdarahan petekie dan purpura (memar). Ikterus Memperdalam dan proteinuria sering terjadi pada kasus berat.
Pada tahap akhir penyakit, pasien dapat mengembangkan hipotensi, syok, asidosis metabolik, nekrosis tubular akut, disfungsi miokard, dan aritmia jantung. Kebingungan, kejang, dan koma juga dapat terjadi. Ketika epidemi terjadi di populasi tidak divaksinasi, tingkat fatalitas kasus berkisar dari 15% menjadi lebih dari 50%. Infeksi bakteri sekunder dan gagal ginjal adalah komplikasi. Gejala kelemahan dan kelelahan dapat berlangsung beberapa bulan pada orang yang pulih.
Mereka yang sembuh dari demam kuning umumnya memiliki kekebalan terhadap infeksi berikutnya berlangsung.
1. Fase akut
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Panas dingin
- Kehilangan nafsu makan
- Mual dan / atau muntah

2.Tahap Beracun
- Demam tinggi
- Sakit perut
- Pendarahan dari gusi, hidung, mata, dan / atau perut
- "Hitam" muntah (muntah yang muncul hitam karena kandungan darah)
- Tekanan darah rendah
- Gagal hati, yang dapat menyebabkan sakit kuning (menguningnya kulit dan putih mata)
- Gagal ginjal
- Kebingungan
- Penyitaan
- Koma
- Kematian (sekitar 50% dari pasien fase beracun mati) bidanendah.blogspot.com
iv.Pencegahan
Demam kuning dapat dicegah dengan vaksinasi. Wisatawan juga harus mengambil tindakan pencegahan terhadap gigitan nyamuk saat di daerah dengan transmisi demam kuning. Wisatawan harus mendapatkan divaksinasi untuk demam kuning sebelum mengunjungi daerah di mana demam kuning terjadi. Di Amerika Serikat, vaksin diberikan hanya pada yang ditunjuk pusat vaksinasi demam kuning. Peraturan internasional memerlukan bukti vaksinasi demam kuning untuk perjalanan ke dan dari negara-negara tertentu. Orang yang mendapatkan vaksinasi harus diberikan Sertifikat Internasional Vaksinasi
Hindari gigitan nyamuk ketika bepergian di daerah tropis. Nyamuk demam kuning yang menyebar biasanya menggigit pada siang hari,khususnya pada senja dan fajar.  
a.Ketika luar:
1.Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang. Untuk perlindungan ekstra, memperlakukan pakaian dengan insektisida permetrin.
2.Gunakan obat nyamuk pada kulit yang terkena. Repellents mengandung DEET (N, N-diethylmetatoluamide), Picaridin (KBR 3023), IR 3535, p-mentana 3,8-diole (PMD atau minyak kayu putih lemon) yang efektif. Ikuti petunjuk aplikasi hati-hati.

b.Ketika dalam:
1.Tinggal di daerah disaring dengan baik sebanyak mungkin.
2.Semprot tinggal dan tidur daerah dengan insektisida.

1.Vaksinasi
Vaksinasi adalah ukuran paling penting untuk mencegah demam kuning. Di daerah berisiko tinggi di mana cakupan vaksinasi rendah, pengakuan cepat dan pengendalian wabah melalui imunisasi sangat penting untuk mencegah epidemi. Untuk mencegah wabah di seluruh daerah yang terkena dampak, cakupan vaksinasi harus mencapai setidaknya 60% sampai 80% dari populasi berisiko. Hanya sedikit negara-negara endemik yang baru-baru manfaat dari kampanye vaksinasi massal pencegahan di Afrika saat ini memiliki tingkat cakupan.
Vaksinasi pencegahan dapat ditawarkan melalui imunisasi bayi rutin dan satu kali kampanye massa untuk meningkatkan cakupan vaksinasi di negara-negara yang berisiko, serta untuk wisatawan ke daerah endemik demam kuning. WHO sangat merekomendasikan vaksinasi demam kuning rutin untuk anak-anak di daerah beresiko untuk penyakit ini.
Vaksin demam kuning aman dan terjangkau, memberikan kekebalan efektif terhadap demam kuning dalam waktu satu minggu untuk 95% dari mereka yang divaksinasi. Sebuah dosis tunggal memberikan perlindungan selama 30-35 tahun atau lebih, dan mungkin untuk hidup. Efek samping yang serius sangat jarang terjadi. Efek samping serius telah dilaporkan imunisasi jarang berikut dalam beberapa daerah endemik dan di antara para pelancong divaksinasi (misalnya di Brasil, Australia, Amerika Serikat, Peru dan Togo). Para ilmuwan sedang menyelidiki penyebab.
Risiko kematian akibat demam kuning adalah jauh lebih besar daripada risiko yang terkait dengan vaksin. Orang yang tidak harus divaksinasi meliputi:
a.Anak-anak berusia kurang dari 9 bulan untuk imunisasi rutin (atau kurang dari 6 bulan selama epidemi);
b.Ibu hamil - kecuali selama wabah demam kuning ketika risiko infeksi tinggi;
c.Orang-orang dengan alergi berat terhadap protein telur, dan
d.Orang dengan imunodefisiensi parah karena gejala hiv / aids atau penyebab lain, atau dengan adanya gangguan timus.
Wisatawan, terutama yang datang ke Asia dari Afrika atau Amerika Latin harus memiliki sertifikat vaksinasi demam kuning. Jika ada alasan medis untuk tidak mendapatkan vaksinasi, Peraturan Kesehatan Internasional bahwa negara ini harus disertifikasi oleh pihak yang berwenang.

2. Nyamuk kontrol
Dalam beberapa situasi, pengendalian nyamuk sangat penting sampai vaksinasi berlaku. Risiko penularan demam kuning di daerah perkotaan dapat dikurangi dengan menghilangkan situs nyamuk potensial dan menerapkan insektisida untuk air di mana mereka mengembangkan dalam tahap awal mereka. Aplikasi insektisida semprot untuk membunuh nyamuk dewasa selama epidemi perkotaan, dikombinasikan dengan kampanye vaksinasi darurat, dapat mengurangi atau menghentikan transmisi demam kuning, "membeli waktu" untuk populasi divaksinasi untuk membangun kekebalan.
Secara historis, kampanye pengendalian nyamuk Aedes aegypti berhasil dieliminasi, vektor demam kuning perkotaan, dari negara-negara daratan sebagian besar pusat dan Amerika Selatan. Namun, ini spesies nyamuk telah kembali menjajah daerah perkotaan di wilayah tersebut dan menimbulkan risiko baru dari demam kuning perkotaan.
Program pengendalian nyamuk nyamuk liar di penargetan wilayah hutan tidak praktis untuk mencegah hutan (atau sylvatic) transmisi demam kuning.

3. Epidemi kesiapsiagaan dan respon
Prompt deteksi demam kuning dan respon yang cepat melalui kampanye vaksinasi darurat sangat penting untuk mengendalikan wabah. Namun, tidak dilaporkan adalah kekhawatiran - jumlah sebenarnya dari kasus diperkirakan 10 sampai 250 kali apa yang sekarang sedang dilaporkan.
WHO merekomendasikan bahwa setiap negara berisiko memiliki setidaknya satu laboratorium nasional dimana tes demam dasar kuning darah dapat dilakukan. Satu dikonfirmasi kasus demam kuning pada populasi tidak divaksinasi harus dipertimbangkan wabah, dan kasus dikonfirmasi dalam konteks apapun harus benar-benar diselidiki, terutama di setiap wilayah di mana sebagian besar penduduk telah divaksinasi. Investigasi tim harus menilai dan menanggapi wabah itu dengan baik langkah-langkah darurat dan jangka panjang rencana imunisasi.

4. Hindari gigitan nyamuk
Gunakan Serangga terkena kulit Repellent.On ketika Anda pergi di luar ruangan, menggunakan EPA terdaftar obat nyamuk seperti yang dengan DEET, picaridin atau minyak kayu putih lemon. Bahkan di luar waktu yang singkat dapat cukup lama untuk mendapatkan gigitan nyamuk. Untuk rincian tentang kapan dan bagaimana menerapkan nyamuk, lihat Menggunakan repellent Serangga dan Keselamatan dalam Pertanyaan dan Jawaban halaman. Lihat juga Serangga Aman Menggunakan repellent dari EPA.
Kenakan Pakaian yang tepat untuk Mengurangi Gigitan Nyamuk. Ketika cuaca memungkinkan, kenakan baju lengan panjang, celana panjang dan kaus kaki ketika di luar rumah. Nyamuk dapat menggigit melalui pakaian tipis, sehingga penyemprotan pakaian dengan permetrin mengandung pembasmi atau lain-EPA akan memberikan terdaftar pengusir perlindungan ekstra. Jangan menerapkan penolak mengandung permetrin langsung ke kulit.
Jadilah Menyadari Jam Nyamuk Puncak. Waktu menggigit puncak untuk spesies nyamuk banyak adalah senja hingga fajar, bagaimanapun Aedes aegypti, vektor utama virus Demam Kuning, feed pada siang hari. Ambil perawatan ekstra untuk menggunakan pakaian pelindung nyamuk dan pagi hari siang hari selama serta malam dan dini atau mempertimbangkan untuk menghindari kegiatan di luar ruangan selama ini saat di daerah di mana Demam Kuning adalah risiko.

v.Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning, hanya perawatan suportif untuk mengobati dehidrasi dan demam. Infeksi bakteri yang terkait dapat diobati dengan antibiotik. Perawatan suportif dapat meningkatkan hasil bagi pasien sakit parah, tetapi jarang tersedia di daerah-daerah miskin.
Pengobatan gejala-istirahat, cairan, dan ibuprofen, naproxen, acetaminophen, atau parasetamol dapat meredakan gejala demam dan sakit. Aspirin harus dihindari. Orang yang terinfeksi harus dilindungi dari paparan nyamuk lebih lanjut (tinggal di dalam rumah dan / atau di bawah kelambu selama beberapa hari pertama sakit) sehingga mereka tidak dapat berkontribusi pada siklus penularan.

D.  Kesimpulan Dan Saran

KESIMPULAN
Demam Kuning: Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh virus yang disebut Flavivirus. Pada kasus-kasus yang parah, infeksi virus menyebabkan demam yang tinggi, perdarahan kedalam kulit, dan necrosis (kematian) dari sel-sel dalam ginjal dan hati. Kerusakan yang dilakukan pada hati dari virus berakibat pada jaundice yang parah yang menguningkan kulit. Makanya, "kuning" dalam "demam kuning. Transisi demam kuning memiliki 3 jenis siklus penularan, yaitu Sylvatic (atau hutan), intermediet, dan perkotaan.
Demam kuning kuning dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu : vaksinasi,nyamuk kontrol, epidemi kesiapsiagaan, dan menghindari gigitan nyamuk. Untuk pengobatan tidak ada yang khusus, hanya saja harus dilakukan perawatan secara suportif untuk mengobati dehidrasi dan demam.

SARAN
Demam kuning merupakan penyakit endemik di Afrika dan Amerika Selatan. Jadi, bagi wisatawan yang berkunjung ke negara-negara tersebut, diharuskan memiliki sertifikat vaksin demam kuning. Hal ini dilakukan agar para pengunjung tersebut tidak terkena demam kuning dan tidak akan pula membawa penyakit demam kuning tersebut dari negara asalnya.

epidemiologiunsri

Jumat, Mei 24

7 Gejala Penyakit HIV

Jumlah penderita HIV di Indonesia 2012 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan penderita AIDS mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pada 2012 ditemukan kasus HIV sebanyak 21.511 orang dan AIDS sebanyak 5.686 orang. Berdasarkan presentase kasus AIDS menurut faktor risiko pada 1987 hingga Desember, secara komulatif, faktor risiko penularan HIV terbanyak pada heteroseksual (58,7 persen); Injecting drug users (IDU) sebanyak 17,5 persen; penularan perinatal 2,7 persen dan homoseksual sebanyak 2,3 persen.

Sementara itu, data pada 2011, penderita HIV sebanyak 21.031 orang dan penderita AIDS sebanyak 5.686 orang. Pada 2010, penderita HIV sebanyak 21.591 orang dan AIDS sebanyak 6.845 orang. Pada 2009, penderita HIV sebanyak 9.793 orang dan AIDS sebanyak 5.483 orang. Sedangkan pada 2008, penderita HIV sebanyak 10.362 orang dan AIDS sebanyak 4.943
orang. 

Berikut PenjelasanTentang Hiv/Aids

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100% dalam lima tahun, artinya dalam waktu lima tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderita akan meninggal. Pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penyakit infeksi ini  diduga kuat terjadi melalui hubungan seksual. “Pada tahun 1982-1983 mulai diketahui adanya transmisi di luar jalur hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah, pengguna jarum suntik secara bersama oleh para pengguna narkotika suntik”.

Adanya perilaku menyimpang masyarakat mulai dari pekerja seks komersial, homoseks, dan penggunaan narkoba suntik yang saling bergantian sangat memengaruhi meningkatnya penyebaran HIV/AIDS di Indonesia. Adanya pola transmisi yang berkembang selain hanya transmisi seksual, transmisi nonseksual melalui mekanisme transmisi parenteral dan transmisi transplasental (dari ibu kepada janinnya) menjadi ancaman baru yang melahirkan korban yang tidak berdosa. Pola pemberantasan HIV/AIDS di Indonesia harus dilakukan secara nasional melalui kebijakan khusus pemerintah dan dukungan pembiayaan yang cukup besar. Diharapkan hal itu mampu menyelamatkan SDM berusia produktif yang berpotensi bagi pembangunan dari mewabahnya HIV/AIDS di lingkungan masyarakat.

Keberadaan virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan the acquired immuno deficiency syndrome (AIDS) telah menarik perhatian dunia terhadap penanggulangan dan pemberantasan IMS. Terdapat kaitan erat antara penyebaran IMS dengan penularan HIV, baik IMS yang ulseratif maupun yang nonulseratif, telah terbukti meningkatkan resiko penyebaran HIV melalui hubungan seks. Meningkatnya infeksi HIV menyebabkan semakin rumitnya penatalaksanaan dan penanggulangan beberapa IMS lainnya. Selain itu, peningkatan resistensi antimikroba terhadap beberapa kuman penyebab infeksi menular seksual telah menyebabkan beberapa rejimen pengobatan menjadi tidak efektif”

1.2 Tujuan
1)    Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.
2)    Agar mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi HIV/AIDS.
3)    Agar mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS.
4)    Agar mengetahui cara pemberantasan HIV/AIDS.
5)    Agar mengetahui cara pengobatan / penatalaksanaan HIV / AIDS.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.

Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan meninggal.

Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.

Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Marlink, 1994).

2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi HIV/AIDS
2.2.1 Faktor Agent
Human Immunodeficiency Virus (HIV)

2.2.2 Faktor Host
1)    Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
2)    Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3)    Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4)    Bayi yang ibunya positif HIV

2.2.3 Faktor Environment
1)    Lingkungan lokalisasi
2)    Daerah Prostitusi
3)    Daerah Metropolitan

2.2.4 Port of Entry and Exit
Port of Entry :
1)    Alat Kelamin
2)    Kulit
3)    Anal
4)    Membrane Mukosa
5)    Darah

Port of Exit :
1)    Alat kelamin
2)    Kulit
3)    Anal
4)    Membrane Mukosa
5)    Darah

2.2.5 Transmisi
1)    Darah
2)    ASI
3)    Cairan vagina
4)    Air mani
5)    Alat ( Jarum suntik )

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Cara Pencegahan HIV/AIDS
1)    Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2)    Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3)    Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4)    Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5)    Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin sterilisasinya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS.

3.2 Cara Pemberantasan HIV/AIDS
Langkah – langkah memerangi HIV/AIDS antara lain :
1)    Bertindak menghindari penularan pada diri sendiri
2)    Mempelajari fakta yang benar tentang HIV/AIDS, karena banyak beredar anggapan dan pemikiran yang keliru tentang hal tersebut.
3)    Menghindari diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS, memperlakukan mereka secara manusiawi.
4)    Mengadakan tindakan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap HIV/AIDS pada lingkungan Anda dan mencegah ketakutan yang tidak beralasan terhadap pengidap penyakit ini.

3.3 Cara Pengobatan / Penatalaksanaan Penyakit AIDS
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu

Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1)    Didanosine
2)    Ribavirin
3)    Diedoxycytidine
4)    Recombinant CD 4 dapat larut

Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.
Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas..

Pusat pengendalian penyakit (Center for Disease Control/CDC) mengungkapkan ada beberapa gejala yang menunjukkan stadium lanjut dari HIV yaitu:
1. Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan
2. Batuk kering
3. Demam berulang atau berkeringat saat malam hari
4. Kelelahan
5. Diare yang lebih dari seminggu
6. Kehilangan memori
7. Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah :
1)    HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2)    Pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS harus digalakkan untuk menurunkan angka penderita HIV/AIDS tersebut.
3)    Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.

4.2 Saran
Kepada pembaca janganlah mendekat pada free sex, narkoba, dan hal – hal negatif lainnya agar kita tidak terjangkit virus tersebut, biasanya orang yang terkena virus HIV itu gara-gara orang itu psiko tinggi (heteroseksual) yang berganti -  ganti pasangan, terutama kepada kaum perempuan yang suka berganti -  ganti pasangan.

Sumber : dr-suparyanto